Anda punya rencana terbang dari Bangkok? Kalau ya dan anda berangkat dari Suvarnabhumi, anda mungkin akan melihat ada alat baru yang di pasang di sana, atau malah anda akan diminta petugas untuk berada di dalamnya. Ya, alat itu adalah full body scanner. Mesin canggih yang diberi nama Brijot Gen 2 seharga 5 juta baht (sekitar 150,000 US dollar) per unit ini dipasang di terminal keberangkatan bandara internasional Suvarnabhumi tiga hari lalu (25/1/2010). Jadi apakah ini menggantikan cara geledah manual?

Saat ini Airports of Thailand melakukan tes terhadap pemindai ini selama sebulan. Penggunaan alat yang namanya bernuansa militer ini akan dibatasi selama uji coba dan hanya digunakan secara ’sukarela’. Apa maksudnya?

Semua calon penumpang tetap menjalani screening standar melewati metal detector dan mesin pemindai X-ray. Hanya penumpang yang dicurigai memiliki benda yang tersembunyi di tubuhnya yang akan diminta untuk memilih: cara geledah biasa atau ’geledah virtual’ dengan pemindai baru tersebut. Saya lebih suka menyebutnya sebagai ’pelucutan virtual’.

Pemasangan alat di Suvarnabhumi ini dikatakan sebagai usaha untuk mempercepat keamanan ke level yang lebih tinggi sejalan dengan usaha yang dilakukan oleh bandara-bandara besar lain di seluruh dunia. Pembenahan ini terutama akibat usaha pemboman pesawat Northwest penerbangan 253 dari London ke Detroit pada 25 Desember 2009 lalu oleh seorang pria berkebangsaan Nigeria. Usaha yang gagal ini memicu reaksi keras Barack Obama dan nampaknya telah memicu pula lahirnya bab baru dalam keamanan penerbangan udara dunia.

Seperti yang telah disebut di awal, saat ini bandara-bandara udara besar dan sibuk dunia mulai memasang pemindai seluruh tubuh ini. Negara-negara yang telah dan akan menerapkan teknologi ini adalah Amerika, Inggris, Rusia, Belanda, Kanada, dan Nigeria (maaf kalau saya melewatkan negara anda). Thailand saat ini telah masuk dalam daftar.

Meski demikian, ada beberapa kritik yang menyertai penerapan teknologi ini. Kontroversi yang sekarang hangat diperdebatkan adalah apakah alat yang menggunakan gelombang mikro ini aman untuk kesehatan manusia dan apakah alat ini efektif untuk menemukan benda-benda tertentu yang disembunyikan di balik pakaian seseorang. Kita telah mendengar bahwa pemindai canggih ini bisa juga gagal mendeteksi komponen-komponen tertentu yang bisa dipakai untuk merakit bom.

Diskusi lain menyoroti tentang isu privasi. Alat yang memunculkan garis tubuh yang ’vulgar’ ini menuai kritik banyak kalangan. Beberapa diantaranya menyatakan sistem ini akan ’menghina hak-hak penumpang, ’penjajahan terhadap privasi’, ‘serangan terhadap martabat manusia’, dan ’pertunjukan intip-intip yang tak dapat diterima di dunia keamanan’. Orang Inggris bahkan sedang mendiskusikan kemungkinan alat ini melanggar hukum pornografi anak.

Tentu saja ini juga isu penting bagi umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan. Beberapa Muslim berpendapat bahwa sistem ini tak bisa diterima dan menyatakan mereka lebih memilih digeledah manual (oleh petugas berjenis kelamin sama) daripada ’ditelanjangi’ meski secara virtual. Mereka yang biasa berpakaian sopan dan menutup sebagian besar tubuh mereka ini tidak bisa menerima orang melihat mereka ’telanjang’ meski petugas pengoperasi alat ada di ruangan lain dan mesin ini bisa mengaburkan wajah orang yang diperiksa.

Di tengah pro dan kontra di barat, sepertinya Thailand melaju mulus dengan rencana penerapan teknologi ini. Saya bisa saja salah. Mungkin saja ada banyak debat, diskusi, pro dan kontra di kalangan orang Thailand sendiri yang mereka utarakan di internet atau forum lain yang saya tak punya pengetahuan untuk menangkapnya. Maklum, di sini saya jadi agak buta-tuli. Have a nice trip!